Saya duduk di bangku VIP barat. Terlihat lautan hitam-putih dari seberang tempat duduk saya. Mereka terus bernyanyi, bahkan sebelum pemanasan dimulai. Setelahnya, pemain Juventus memasuki lapangan dan melakukan pemanasan. Antusiasme kami melonjak seketika. Dan ketika lagu "Juve, Storia di Un Grande Amore" diputar, lautan tadi bergemuruh. Membuat siapapun yang menjadi antagonisnya bergidik ngeri.
Saat pertandingan baru berumur 2 menit, Juventus kebobolan. Tengsin juga sih, karena saya nonton bareng ayah saya yang sebenarnya seorang Interisti. Tapi saya harus berterimakasih juga sih, tanpa beliau mungkin saya gak bakal bisa nonton di bangku VIP barat (dia dapat 3 tiket gratis. Cih).
Tak berapa lama, Pirlo menunjukkan magisnya. Dribble di kotak 16 milik ISL Allstar, membuat Chuck Norris abal abal ini harus dijegal. Juventus mendapat penalti, Pirlo mengambilnya, dan setelahnya silahkan terka sendiri.
Pada pertandingan itu, Giovinco, Pogba, Lichtsteiner, Llorente, dan Pirlo bergantian menunjukkan kelasnya, membuat para pemain terbaik ISL seperti anak kemarin sore. Buffon juga sepertinya lebih banyak ngopi di depan gawang.
Malam itu berakhir dengan kemenangan 1-8 untuk Juventus. Sejujurnya, pertandingannya sih gak seru seru amat. Semua orang juga bisa tebak hasil dari tim bentukan mendadak lawan juara UCL 2 kali. Lalu mengapa saya bersedia melakukan hal-hal yang saya tulis di paragraf pertama? Simpel, saya mencintai para pahlawan saya. Dan salah satu pahlawan saya adalah Juventus.
Juventus merupakan pahlawan bagi saya sejak usia saya belum genap 3 tahun. Saya menghabiskan masa balita sebagai pengagum Alessandro Del Piero, dan tetap mengaguminya hingga kini. Akhir pekan saya akan selalu menarik, karena Juventus akan tampil di televisi saya. Dan saya akan datang ke sekolah dengan senyum tersungging, karena Juventus menang di hari sebelumnya. Ada excitement tersendiri ketika saya bisa meledek teman-teman saya yang klubnya kalah, sedangkan tim saya menang.
Juve memang pernah turun kasta akibat skandal calciopoli. Mereka pernah bermain tanpa gairah selama 4 musim. Menimbulkan kekecewaan karena tidak memperpanjang kontrak Del Piero, seorang legenda hidup yang menghabiskan 19 tahun membela Juventus. Bahkan musim lalu tidak lolos fase grup UCL. Tapi entah mengapa cinta saya kepada Juve tak pernah padam. Saya tetap setia menunggu mereka bermain di akhir pekan, membeli jersey hitam-putih, dan rela dicemooh teman-teman ketika Juve kalah.
Dan sebuah quote dari Eric Cantona menjelaskan semuanya: "You can change your wife, your politics, your religion, but never, never can you change your favorite football team".