Selasa, 22 Juli 2014

Bapak Sehat?

Salah satu kegiatan favorit saya untuk mengisi weekend adalah main game bareng teman-teman saya. Biasanya game yang kami mainkan ialah PES atau FIFA. Maklum, saya dan teman-teman merupakan penggila sepakbola. Sehingga dalam urusan game pun kami tak akan jauh-jauh dari olahraga tersebut.

Dalam game tersebut, salah satu pihak akan keluar sebagai pemenang dan pihak lainnya sebagai pihak yang dihinakan karena kalah. Yang menang biasanya akan jadi jumawa dan agak tengil, dan yang kalah akan digoblok-goblokin oleh temannya. Para pecundang tadi biasanya bakal ngeles dengan berbagai alasan klasik, "ah, joystick gue ga enak bro", "santai, baru pemanasan", "pemain gue lagi pada sakit". Tapi yang paling hina adalah orang yang hampir kalah, dan dia nge-restart match tadi.

Hari ini pukul 16:00 WIB adalah jadwal bagi KPU untuk mengumumkan siapa presiden RI terpilih untuk menjabat 5 tahun ke depan. Sekitar jam 2 siang, saya lagi tidur-tiduran di sofa sambil nge-scroll linimasa twitter saya. Tiba-tiba saya tersentak melihat tweet yang isinya memberitakan walk-out nya Pak Prabowo dari pilpres kali ini. Saya cuma bisa melongo, melihat orang yang saya anggap negarawan ulung bersikap seperti pecundang.

Pak Prabowo menolak hasil pilpres dan menarik para saksinya hanya 2 jam sebelum KPU mengumumkan hasil rekapitulasi. DUA JAM!! Ini sih namanya intimidasi terang-terangan terhadap KPU.
Sebelum-sebelumnya juga kubu nomer 1 menuduh adanya kecurangan saat pemilihan, adanya suara fiktif, meminta KPU menunda pengumuman, bahkan meminta pemilu ulang.

Saya mengerti keinginan Bapak untuk membawa Republik ini kembali disegani. Saya paham betul kecurigaan Pak Prabowo akan kecurangan yang mungkin terjadi. Saya pribadi menganggap bahwa baik Pak Prabowo maupun pak Jokowi adalah figur yang memiliki visi dan integritas. Tapi dengan cara Pak Prabowo menolak hasil pemilu dan kemudian walk-out, akan sangat menjatuhkan citra diri Bapak. Berbeda dengan Pak Hatta lebih memilih untuk menghormati keputusan KPU.

Tanggapan masyarakat akan berbeda apabila Bapak tidak neko-neko setelah masa pencoblosan, tidak melakukan walk-out, menyikapi rasa curiga Anda dengan elegan, dan legowo atas hasil yang keluar hari ini. Apabila Bapak bersikap ksatria, saya yakin jikalau Anda kembali maju sebagai capres di 2019, simpati rakyat akan semakin tinggi terhadap Bapak.

Saya kembali teringat dengan weekend saya, teringat akan teman saya yang ketika tertinggal 3 gol di menit 80-an, akan segera mengulang pertandingan meskipun belum berakhir. Cupu abis. Dengan kelakuan Bapak yang seperti itu, apa saya salah jika menyamakan Bapak dengan teman saya? Yang bahkan belum memiliki hak pilih?

Ayolah Pak. Jangan buat saya berpikir bahwa Bapak adalah alasan program wajib belajar 12 tahun diluncurkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar